Laman

Jumat, 04 Oktober 2013

pengantar ekonomi pembangunan



BAB I : PENDAHULUAN
1.1       LATAR BELAKANG

Salah satu teori ekonomi pembangunan yang sampai sekarang masih digunakan adalah teori Tabungan dan Investasi oleh Harrod-Domar. Dalam teori ini mencapai kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Kalau tabungan dan investasi rendah maka pertumbuhan ekonomi suatu Negara juga akan rendah. Masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah menambahkan investasi modal, masalah keterbelakangan adalah masalah kekurangan modal. Kalau ada modal dan modal itu diinvestasikan hasilnya adalah pembangunan ekonomi.

      Dewasa ini banyak negara-negara yang melakukan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa.  Menurut Husnan (1996:5) menyatakan bahwa “proyek investasi merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.”
      Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana investasi pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, atau suatu metode penjajakkan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan.Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dilakukan perencanaan investasi yang lebih teliti agar tidak terlanjur menanamkan investasi pada proyek yang tidak menguntungkan.


1.2       RUMUSAN MASALAH

1.      Teori apa saja yang mempengaruhi besar kecilnya investasi ?
2.      Bagaimana pembangunan seimbang dan tidak seimbang itu?
3.      Manakah lebih baik investasi sector pertanian dan sector industry?



1.3       Tujuan
1.      Untuk mengetahui teori apa saja yang mempengaruhi besar kecilnya investasi.
2.      Untuk mengetahui pembangunan seimbang dan tidak seimbang itu.
















BAB II : PEMBAHASAN

TEORI PEMBANGUNAN DALAM KAITAN DENGAN INVESTASI

2.1 Teori Dorongan Kuat (Big Push)

                  Teori big push ini didasarkan pada pemikiran Rosenstein-Rodan. Menurut tesis teori ini untuk menanggulangi hambatan pembangunan ekonomi di Negara berkembang dan untuk mendorong ekonomi tersebut kearah kemajuan diperlukan suatu “dorongan kuat” dari investasi atau suatu program besar-besaran yang menyeluruh dalam bentuk suatu jumlah minimum investasi tertentu.
                  Teori ini menyatakan bahwa cara kerja atau kegiatan investasi “sedikit demi sedikit” tidak akan dapat mendorong ekonomi dengan berhasil pada lintasan pembangunan, tetapi suatu jumlah minimum investasi yang besar-besaran merupakan syarat mutlak dalam hal ini. Ia memerlukan terciptanya atau tercapainya ekonomi eksternal, yang timbul pada pembangunan secara serentak atas industry-industri yang secara teknik saling berkaitan satu sama lainnya. Dengan demikian syarat mutlak seperti itu dan terciptanya ekonomi eksternal yang dihasilkan dari sejumlah minimum investasi tertentu tersebut  merupakan prasyarat untuk melancarkan pembangunan ekonomi dengan berhasil.
                  Menurut Rosenstein-Rodan pembangunan industry secara serentak dan besar-besaran ini akan menciptakan tiga macam ekonomi eksternal, yaitu: (a) yang diakibatkan oleh perluasan pasar, (b) karena industry yang sama letaknya dan (c) karena adanya industry lain dalam perekonomian tersebut. Namun demikian, menurut Rosenstein-Rodan ekonomi eksternal yang pertama adalah yang paling penting dibandingkan yang lainnya dalam mendukung pembangunan tersebut.
                  Di samping itu, Rosenstein-Rodan membedakan di antara tiga macam sifat skala dan ekonomi eksternal tersebut yaitu: (a) sifat skala besar di dalam fungsi produksi, terutama dalam hal suplai overhead capital, (b) sifat skala besar dalam kaitan dengan permintaan berupa terciptanya permintaan yang komplementer dan (c) sifat skala besar dalam suplai tabungan.

a.      Sifat Skala Besar Dalam Fungsi Produksi
Menurut Rosenstein-Rodan, skala besar dalam input, output atau proses produksi akan membawa kepada penghasilan yang makin meningkat. Ia menganggap overhead capital sebagai contoh paling penting dari sifat skala besar dan dari ekonomi eksternal pada sisi penawaran.

Jasa dari overhead capital yang terdiri dari industry dan modal dasar seperti prasarana tenaga listrik, transport dan komunikasi adalah secara tidak langsung bersifat produktif dan mmpunyai masa persiapan dan baru memberikan hasil dalam jangka yang lama. Instalasinya tidak dapat diimpor. Pembangunannya membutuhkan investasi dengan modal awal yang besar. Dengan demikian kelebihan kapasitas mungkin akan terjadi selama beberapa waktu yang cukup panjang. Investasi ini juga mencakup paket investasi minimal untuk berbagai bidang pekerjaan umum sedemikian rupa sehingga suatu Negara berkembang harus melakukan investasi pada bidang-bidang ini sebesar 30-40 persen dari total investasinya. Oleh karena itu, investasi pada overhead capital ini harus mendahului investasi-investasi produktif yang secara langsung cepat menghasilkan produksi.

b.      Sifat Skala Besar Dalam Kaitan Dengan Permintaan
Skala besar dari permintaan atau saling melengkapi permintaan di Negara-negara berkembang membutuhkan pendirian secara serentak industry-industri yang saling berkaitan. Maksud pemikiran utamanya adalah karena proyek-proyek investasi secara sendiri-sendiri mempunyai risiko tinggi akibat dari ketidakpastian mengenai apakah produknya akan mendapatkan pasar. Maka keputusan tentang berbagai investasi harus bersifat saling berkaitan dan melengkapi satu dengan lainnya.

Dengan demikian produksi-produksi baru yang dihasilkan itu akan saling menjadi langganan satu dengan lain, sehingga dapat tercipta pasar antarsesamanya bagi barang-barang yang dihasilkan mereka. Saling lengkap-melengkapi dalam permintaan mengurangi risiko dalam mendapatkan pasar dan meningkatkan rangsangan untuk investasi. Dengan kata lain sifat skala besar dan saling melengkapi pada permintaan inilah memerlukan adanya suatu minimum investasi yang besar jumlahnya dalam industry yang saling berkaitan untuk mengatasi kecilnya pasar dan rendahnya dorongan berinvestasi di Negara berkembang tersebut.

c.       Sifat Skala Besar Pada Suplai Tabungan
Elastisitas pendapatan yang tinggi dalam hal menabung merupakan sifat skala besar ketiga dari teori Rosenstein-Rodan. Suatu jumlah minimum yang besar dari investasi memerlukan jumlah tabungan yang besar pula. Ini sangat sulit untuk dicapai di Negara-negara berkembang yang miskin karena sangat rendahnya tingkat pendapatan yang berakibat kecilnya tabungan dalam masyarakat.

Untuk mengatasi hal tersebut, jika pendapatan meningkat sebagai akibat dari peningkatan investasi, maka tingkat tabungan marjinal harus jauh lebih besar dari pada tingkat rata-rata tabungan nasional, hal mana mungkin sekali tidak dapat dicapai di Negara-negara berkembang.

Beberapa Kelemahan Teori “Big Push

Di samping terdapatnya logika dan argumentasi yang dapat membenarkannya, maka terdapat pula berbagai kelemahan teori “dorongan kuat” tersebut, yang penting di antaranya adalah sebagai berikut:

a.       Teori itu mengabaikan investasi di bidang ekspor dan impor pengganti
Dalam hal ini, ekonomi eksternal dari overhead capital relative tidak seberapa pengaruhnya pada bidang ekspor dan impor pengganti yang besar peranannya dalam proses pembangunan.
b.      Mengabaikan ekonomis yang terjadi dari investasi yang mengurangi biaya produksi
Dalam hubungan ini investasi pada bidang-bidang yang cukup inelastic lebih bersifat mengurangi biaya ketimbang yang memperluas output, padahal ini cukup penting.
c.       Mengabaikan atau mengurangi perhatian atas investasi di sector pertanian.
Karena penekanan pada sejumlah minimal investasi bidang pertanian dan sector primer sering kali terabaikan pada pendekatan teori ini.
d.      Menyebabkan timbulnya tekanan inflasioner dan inflasi
Investasi besar di bidang overhead capital dan berbagai bidang industry tertentu sering kali tidak tertampung dengan peningkatan produksi secara proporsional, yang berakibat timbulnya inflasi.
e.       Menyebabkan timbulnya kesulitan administrative dan institusional
Kelengkapan administrative dan kelembagaan untuk menunjang investasi besar-besaran dan saling melengkapi itu sering kali lemah di Negara-negara berkembang.









2.2 Teori Pembangunan Seimbang (Balanced Development)

            Dalam teori keseimbangan (teori ekonomi konvensional), eksternalitas ekonomi diartikan sebagai penghematan atau perbaikan efisiensi yang terjadi pada suatu industry sebagai akibat dari perbaikan teknologi dan kemajuan pada industry lain. Ekternalitas ekonomi seperti ini disebut eksternalitas ekonomi dalam kaitan teknologis (technological external economics).

            Di samping itu hubungan kesalingtergantungan antara sebagai industry bisa pula menciptakan eksternalitas ekonomi yang berkaitan dengan keuangan (pecuniary external economies) yaitu ekonomis atau keuntungan keuangan yang diperoleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh tindakan perusahaan lain yang berdampak positif. Dengan kata lain keuntungan suatu perusahaan bukan saja tergantung pada efisiensi penggunaan factor-faktor produksi dan tingkat produksi pada perusahaan itu semata, tetapi juga tergantung kepada penggunaan factor-faktor produksi dan tingkat produksi pada perusahaan-perusahaan lainnya terutama perusahaan-perusahaan yang erat kaitannya dengan perusahaan yang pertama tadi.

            Mekanisme terciptanya eksternalitas ekonomi keuangan tersebut dijelaskan oleh Scitovsky dengan contoh berikut. Jika investasi baru dilakukan untuk suatu industry, maka kapasitasnya akan bertambah. Hal ini bisa menurunkan biaya produksi industry tersebut dan akan menaikkan harga input yang digunakan. Penurunan biaya produksi industry-industri tersebut akan menurunkan harga jual produknya dan ini berarti akan menguntungkan industry-industri lain yang menggunakan produk yang dihasilkan industry tersebut. Sedangkan kenaikan harga inputnya akan menguntungkan industry yang menghasilkan input yang dihasilkannya itu.

            Sementara itu analisi Lewis menunjukkan perlunya pembangunan seimbang yang ditekankan pada keuntungan yang akan diperoleh dari adanya kesalingtergantungan yang efisien antara berbagai sector, yaitu antara sector pertanian dan sector industry, serta antara sector dalam negeri dan sector luar negeri. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai sector tersebut akan menimbulkan adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran perekonomian sehingga proses pembangunan akan terhambat.

            Lewis menunjukkan pentingnya upaya pembangunan yang menjamin adanya keseimbangan antara sector industry dan sector pertanian. Misalkan di sector pertanian terjadi inovasi-inovasi dalam teknologi produksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan domestic, maka akan timbul: (a) surplus di sector pertanian yang dapat dijual ke sector nonpertanian atau (b) produksi tidak bertambah berarti tenaga kerja yang digunakan bertambah sedikit dan jumlah pengangguran bertambah tinggi.
            Jika sector industry mengalami perkembangan yang pesat maka sector tersebut akan dapat menyerap kelebihan produksi bahan pangan maupun kelebihan tenaga kerja dari sector pertanian. Tetapi tanpa adanya perkembangan di sector pertanian maka nilai tukar perdagangan (terms of trade) sector pertanian akan memburuk sebagai akibat dari kelebihan produksi dan tenaga kerja, dan ini akan menimbulkan akibat yang depresif terhadap pendapatan di sekitar pertanian oleh karena itu di sector pertanian tidak terdapat lagi perangsang untuk mengadakan investasi baru dan melakukan inovasi.

            Dengan demikian jika sector pertanian tidak berkembang, maka sector industry juga tidak akan berkembang, dan keuntungan sector industry hanya merupakan bagian yang kecil saja dari pembentukan pendapatan nasional. Oleh karenanya tabungan maupun investasi tingkatnya akan tetap saja rendah. Berdasarkan pada permasalahan dan kelemahan yang mungkin akan timbul jika pembangunan hanya ditekankan pada salah satu sector saja yaitu pertanian atau industry, maka lewis menyimpulkan bahwa, pembangunan haruslah dilakukan secara serentak dan berbarengan di kedua sector tersebut.

            Lewis menunjukkan pula tentang pentingnya pembangunan yang seimbangan antara sector produksi barang-barang untuk kebutuhan domestic dan untuk kebutuhan luar negeri (ekspor). Peranan sector ekspor dalam pembangunan dapat ditunjukkan dengan melihat implikasi dari adanya perkembangan yang tidak seimbang antara sector luar negeri dan sector domestic. Untuk menggambarkan keadaan tersebut, perekonomian dibedakan menjadi 3 sektor yaitu sector pertanian (P), sector industry (I), dan sector ekspor (X).

            Selanjutnya dikemukakan jika I berkembang, permintaan akan barang-barang P akan meningkat jika kenaikan produksi I merupakan substitusi impor maka devisa yang dihemat akan dapat digunakan untuk mengimpor barang-barang P. tetapi kalau bukan barang subsitusi impor, sementara itu sector P tidak berkembang, maka harga P akan naik atau impor akan naik, sehingga terjadi deficit dalam neraca pembayaran.

            Tetapi kalau sector X berkembang, defisit tersebut dapat dihindarkan karena adanya kenaikan impor akan diimbangi oleh pertambahan dalam ekspor. Dengan demikian perkembangan sector I tanpa diikuti oleh perkembangan sektor P akan berlangsung hanya apabila sector X juga mengalami perkembangan.

            Dengan cara yang sama dapat pula ditunjukkan bahwa perkembangan sector P tanpa diikuti perkembangan sector I akan terus berlangsung hanya jika sector X berkembang. Satu-satunya yang dapat berkembang tanpa bantuan perkembangan sector lain adalah sector X. perluasan sector X  memungkinkan suatu Negara untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkannya, jika barang-barang tersebut tidak dapat dihasilkan atau disediakan oleh sector dalam negeri.

            Disamping hal diatas, perkembangan ekspor akan merangsang perkembangan sector domestic, karena ia akan menciptakan permintaan akan barang-barang yang dihasilkan oleh sector domestic tersebut. Perkembangan ekspor ini akan mendorong perkembangan sector domestic juga karena: (a) berbagai fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor (seperti system komunikasi, transportasi, dan sebagainya) dapat digunakan pula oleh sector domestic, dan (b) dengan menarik tenaga kerja dari sector domestic, maka sector ekspor akan mendorong sector domestic untuk menciptakan inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas.

Kelemahan Teori Pembangunan Seimbang

            Beberapa kelemahan atau kekurangan teori Pembangunan Seimbang di antaranya adalah sebagai berikut:
a.       Penerapan teori ini melebihi kemampuan Negara berkembang utnuk melaksanakan karena keterbatasan kemungkinan penyediaan sumber dana serta tenaga ahli dan terampil untuk dapat merealisasikannya.
b.      Membangun secara serempak berbagai macam industry akan dapat meningkatkan biaya dan biaya riil dalam berproduksi, sehingga ini dapat mengakibatkan inefisiensi dan kurang menguntungkan.
c.       Dengan mendirikan industry dan perusahaan baru dalam rangka kegiatan skala besar akan dapat menyebabkan berkurangnya permintaan dan kemunduran pada industry atau perusahaan yang ada sebelumnya.
d.      Tidaklah selalu perlu dilakukan skala besar investasi dalam prose pembangunan, karena banyak pula produksi barang dan jasa dapat dihasilakn secara efisien oleh investasi berskala kecil dalam jumlah banyak.
e.       Konsep pembangunan seimbang terutama berkaitan dengan sector swasta yang kurang membutuhkan perencanaan nasional secara menyeluruh bagi mereka, yang mengharapkan lebih banyak agar kegiatan ekonomi diserahkan saja pada mekanisme pasar. Sedangkan investasi serentak pada semua sector memerlukan perencanaan, pengarahan dan koordinat secara menyeluruh oleh pemerintah.













2.3 Teori Pembangunan Tidak Seimbang (Unbalanced Development)

            Teori pembanguan tidak seimbang ini dikemukakan oleh Hirschman dan Streeten. Menurut mereka, pembangunan tidak seimbang adalah pola dengan system pembangunan yang lebih cocok untuk mempercepat proses pembangunan di Negara-negara berkembang.

            Pola pembangunan tidak seimbang, menurut Hirschman, adalah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan: (a) secara historis pembangunan ekonomi yang terjadi coraknya memang tidak seimbang, (b) untuk mempertinggi terciptanya efisiensi penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia, dan (c) pembangunan tidak seimbang akan menimbulkan kemacetan-kemacetan atau gangguan-gangguan dalam proses pembangunan namun akan dapat mejadi pendorong (tantangan) bagi pembangunan tahap selanjutnya.

            Pembangunan tidak seimbang ini juga dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan di Negara berkembang karena Negara-negara tersebut mengahadapi masalah kekurangan sumber dana dan daya. Dengan melaksanakan program pembangunan tidak seimbang maka usaha pembangunan pada suatu periode waktu tertentu dipusatkan pada beberapa sector yang akan mendorong penanaman modal yang terpengaruh (induced investment) di berbagai sector pada period waktu berikutnya. Oleh karena itu, sumber-sumber dana dan daya yang sangat langka itu akan dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien pada setiap tahap pembangunan.

            Strategi yang digunakan dalam system pembangunan tidak seimbang adalah bagaimana caranya untuk menentukan proyek yang harus didahulukan atau diprioritaskan pembangunannya, di mana proyek-proyek tersebut memerlukan modal dan sumber daya lainnya melebihi modal serta sumber dana dan daya yang tersedia agar penggunaan berbagai sumber dana dan daya yang tersedia tersebut bisa lebih efisien dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal.

            Cara pengalokasian sumber dana dan daya tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu cara pilihan pengganti (substitution choices) dan cara pilihan penundaan (postponement choices). Cara yang pertama merupakan suatu cara pemilihan proyek yang bertujuan untuk menentukan apakah proyek A atau diganti dengan proyek B yang harus diprogramkan dan harus dilaksanakan. Sedangkan cara yang kedua merupakan suatu cara pemilihan yang menentukan urutan proyek yang akan dilaksanakan yaitu menentukan apakah proyek A ataukah proyek B yang harus didahulukan.

            Menurut Hirschman, dalam sector produktif mekanisme dorongan pembangunan (inducement mechanism) yang tercipta sebagai akibat dari adanya hubungan antara berbagai industry dalam menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan mentah dalam industry lainnya dibedakan menjadi dua macam yaitu pengaruh keterkaitan ke belakang (backward linkage effects) dan pengaruh keterkaitan ke depan (forward linkage effect). Pengaruh keterkaitan ke belakang maksudnya adalah tingkat rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industry terhadap perkembangan industry-industri yang menyediakan input (bahan baku) bagi industry tersebut. Sedangkan pengaruh keterkaitan ke depan adalah tingkat rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan suatu industry tertentu terhadap perkembangan industry-industri yang menggunakan produk industry yang pertama sebagai input (bahan baku) bagi mereka.

Berdasarkan kepada besarnya tingkat keterkaitan antarindustri, berbagai industry dikelompokkan oleh Hirschman ke dalam dua golongan yaitu industry satelit (satellite industry) dan industry non-satelit (non-satellite industry).

Contoh industry satelit adalah industry ban mobil dan industry karoseri yang merupakan industry satelit dari industry mobil. Sedangkan industry nonsatelit adalah industry mobil dalam kaitannya dengan industry minuman ringan.

Karateristik industry satelit adalah:
a.       Lokasinya berdekatan dengan industry induk (utama) sehingga akan mempertinggi efisiensi kegiatannya.
b.      Industry-industri tersebut menggunakan input utamanya berasal dari produk industry induk (utama) atau industry tersebut menghasilkan barang yang merupakan input dari industry induk tetapi bukan merupakan input utama.
c.       Besarnya skala industry tersebut tidak melebihi industry induknya.

Kedua golongan industry tersebut bisa dirangsang perkembangannya karena adanya keterkaitan ke belakang atau ke depan yang disebabkan oleh pengembangan suatu industri utama. Sebagai ilustrasi, apabila pembangunan industry mobil mendorong perkembangan industry ban mobil, hal ini merupakan pengaruh keterkaitan ke belakang. Sedangkan jika industry mobil mendorong perkembangan industry karoseri maka ini merupakan pengaruh keterkaitan ke depan.

Pembangunan suatu industry induk akan menciptakan dorongan bagi perkembangan industry satelit maupun industry nonsatelit. Tetapi yang paling banyak memperoleh dorongan adalah industry satelit. Pertumbuhan suatu industry utama pasti akan mendorong perkembangan industry-industri satelitnya. Sedangkan industry non-satelit baru akan terdorong perkembangannya jika beberapa industry yang menggunakan produknya berkembang secara bersama-sama atau berbarengan sehingga menciptakan pasar yang cukup besar untuk hasil industry nonsatelit tersebut.

Kelemahan Teori Pembangunan Tidak Seimbang

      Beberapa kelemahan atau kekurangan teori Pembangunan Tidak Seimbang di antaranya adalah sebagai berikut:
a.       Teori ini kurang perhatiannya pada komposisi, arah dan saat berjalannya pembangunan tidak seimbang, yang akan dapat mencapai ketidakseimbangan yang optimum dalam perekonomian keseluruhannya.
b.      Mengabaikan kemungkinan perlawanan atau reaksi dari berbagai kelembagaan masyarakat dan pelaku bisnis yang medapat perlakuan yang dianggap mereka merugikan.
c.       Kekurangan mobilitas berbagai factor dan sumber internal di Negara berkembang dalam menunjang pembangunan, karena dalam pemindahannya sering kali ditemukan hambatan-hambatan structural, prasarana dan social-budaya.
d.      Dampak keterkaitan yang diperkirakan sering kali kurang di dasarkan pada fakta yang terdapat di Negara berkembang, karena penyediaan prasarana ekonomi dan social yang tersedia (terbatas) tidak mampu mendukung program/proyek pembangunan yang dilakukan.
e.       Teori ini terlalu banyak menekankan kepada keputusan investasi semata sedangkan di Negara-negara berkembang, keputusan-keputusan administrative, manajemen dan kebijakan sering kali banyak pula menentukan keberhasilan pembangunan.





BAB III : PENUTUP

3.1         KESIMPULAN

Pembahasan teori pembangunan dalam kaitan dengan investasi dibatasi disini pada teori-teori utama, yaitu:
1.      Teori dorongan kuat (Big Push)
Teori ini menyatakan bahwa cara kerja atau kegiatan investasi “sedikit demi sedikit” tidak akan dapat mendorong ekonomi dengan berhasil pada lintasan pembangunan, tetapi suatu jumlah minimum investasi yang besar-besaran merupakan syarat mutlak dalam hal ini.
2.      Teori Pembangunan Seimbang (Balanced Development)
Dalam teori keseimbangan, eksternalitas ekonomi diartikan sebagai penghematan atau perbaikan efisiensi yang terjadi pada suatu industry sebagai akibat dari perbaikan teknologi dan kemajuan pada industry lain.
3.      Teori Pembangunan Tidak Seimbang (Unbalanced Development)
Teori pembangunan tidak seimbang ini dikemukan oleh Hirschman, menurut mereka, pembangunan tidak seimbang adalah pola dengan system pembangunan yang lebih cocok untuk mempercepat proses pembangunan di Negara-negara berkembang. Pembangunan tidak seimbang ini juga dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan Negara berkembang karena Negara-negara tersebut menghadapi masalah kekurangan sumber dana dan daya.

3.2         DAFTAR PUSTAKA

Ø  Arsyad, Lincoln, Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Penerbit STIE-YKPN, 1992.
Ø  Jbingan, M.L., Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan (terjemahan). Jakarta: Rajawali, 1992.
Ø  Kamaluddin, Rustian, Ekonomi Pembangunan (Diktat Kuliah). Padang: Kantor Pusat Universitas Andalas, 1976.
Ø  Sukirno, Sadono, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 1985.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar